Sabtu, 28 Januari 2017

Trump jadi presiden AS masuk 10 risiko tertinggi dunia

View Article
Kemenangan Donald Trump pada pemilihan presiden Amerika Serikat merupakan salah satu 10 risiko tertinggi yang dihadapi dunia, menurut kajian the Economist Intelligence Unit (EIU).
Divisi riset dan analisa majalah the Economist itu memperingatkan bahwa keberadaan Trump pada kursi presiden AS bisa berdampak pada situasi keamanan dan politik dunia.
Pada skala risiko 1 hingga 25, naiknya Trump sebagai presiden AS dikategorikan 12. Berdasarkan angka tersebut, Trump menduduki peringkat enam dalam 10 risiko tertinggi.
Persis di bawah Trump, juga dengan angka risiko 12, adalah peningkatan ancaman terorisme jihadi yang menggoyang stabilitas ekonomi dunia.

Bahkan potensi duduknya Trump di kursi nomor satu AS dinilai lebih berisiko dari hengkangnya Inggris dari Uni Eropa (peringkat delapan), bentrokan di Laut Cina Selatan akibat ekspansionisme Cina (peringkat sembilan), dan kenaikan harga minyak bumi akibat ambruknya investasi di sektor perminyakan (peringkat 10).
“Secara khusus dia menunjukkan sikap bermusuhan terhadap perdagangan bebas, terutama kawasan perdagangan bebas Amerika Utara (Nafta). Dia juga berulang kali mencap Cina sebagai ‘manipulator mata uang’,” sebut pernyataan EIU.

Trump juga telah menyerukan pembangunan “tembok besar” di sepanjang perbatasan AS-Meksiko, yang didanai Meksiko, demi membendung arus imigran tak berdokumen resmi dan penyalur narkotika ke wilayah AS.
Pernyataan keras Trump terhadap Meksiko dan Cina, lanjut EIU, “bisa berlanjut ke arah perang dagang.”
Dalam rangkaian kampanyenya, Trump menghendaki semua keluarga teroris dibunuh. Dia pun ingin menginvasi Suriah guna membasmi kelompok ISIS dan merebut minyak di sana.
“Tendensi militeristiknya terhadap Timur Tengah dan seruan pelarangan terhadap umat muslim ke AS akan menjadi alat perekrutan yang potensial bagi kelompok-kelompok jihadi sehingga meningkatkan ancaman baik di kawasan (Timur Tengah) dan lainnya,” papar EIU.
Bagaimanapun, EIU, memprediksi Trump tidak mampu mengalahkan Hillary Clinton yang dianggap sebagai “rivalnya dari Partai Demokrat”.
Pada daftar peringkat risiko tersebut, kejadian yang dinilai bakal menghadirkan risiko paling tinggi adalah krisis ekonomi di Cina. Insiden tersebut masuk kategori 20 dari skala 1-25.

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/03/160316_dunia_trump_krisis_economist

"Donald Trump akan menjadi presiden paling sembrono dalam sejarah AS"

View Article
Sepucuk surat terbuka ditandatangani oleh 50 pakar keamanan nasional Partai Republik, memperingatkan bahwa calon presiden partai itu, Donald Trump 'akan menjadi presiden yang paling sembrono' dalam sejarah Amerika Serikat.
Para tokoh itu, antara lain mantan direktur CIA Michael Hayden, menyebut bahwa Trump "tidak memiliki karakter, nilai-nilai dan pengalaman" untuk menjadi presiden.
Sebagian penandatangan pernah menolak untuk menandatangani surat sejenis pada bulan Maret lalu.
Menanggapi surat itu, Trump balik menyerang dengan mengatakan bahwa para tokoh itu adalah bagian dari 'kaum elit Washington yang gagal' yang mencoba bertahan di kekuasaan.
Surat terbuka itu muncul setelah sejumlah tokoh terkemuka Partai Republik menyuarakan penentangan terhadap taipan properti itu.

Dalam beberapa kesempatan, Trump menyuarakan perbedaanya dengan tradisi kebijakan luar negeri Partai Republik.
Ia mendukung penggunaan metoda penyiksaan dalam pemeriksaan dan menyebutkan Korea Selatan dan Jepang harus mempersenjatai diri dengan nuklir. Trump juga mempertanyakan apakah AS harus menghormati komitmen pada NATO.

"Dia melemahkan otoritas moral AS sebagai pemimpin dunia bebas," bunyi surat itu.
"Dia tampak tidak memiliki pengetahuan dasar dan keyakinan terkait Konstitusi AS, hukum-hukum AS, dan lembaga-lembaga AS, termasuk toleransi beragama, kebebasan pers, dan peradilan yang independen."
"Tak satu pun dari kami akan memilih Donald Trump," tulis surat itu.

Dalam pernyataan balik, Trump mengatakan nama-nama di surat itu adalah "orang-orang yang harus dirujuk rakyat Amerika untuk mencari jawaban tentang mengapa dunia jadi berantakan."
"Kita berterima kasih kepada mereka untuk muncul ke depan sehingga semua orang di negara ini tahu siapa yang membuat dunia menjadi tempat yang berbahaya," lanjutnya.
"Mereka tidak lebih dari kaum elit Washington yang gagal yang berusaha mempertahankan kekuasaan mereka, dan kini saatnya mereka harus bertanggung jawab atas tindakan mereka."

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/08/160809_dunia_trump_tokoh_keamanan_republik

Donald Trump Menjadi Presiden AS, Kemajuan Atau Kehancuran?

View Article
Amerika akhirnya memilih siapa yang akan memimpin Negeri Paman Sam itu empat tahun kedepan. Dia adalah Donald Trump, sang pebisnis dan miliarder yang sangat sukses di Amerika. Donald Trump berhasil mengalahkan pesaing sekaligus rivalnya, Hillary Clinton dengan meraih 276 electoral vote, dengan selisih yang cukup jauh dibandingkan Hillary yang ‘hanya’ meraih 218 electoral vote. Persyaratan untuk memenangkan pilpres ini harus mampu meraih 270 electoral vote, yang artinya Donald Trump berhasil melampauinya dengan begitu sempurna.

Padahal ya, selama ini gue, bahkan kita yang sering menonton televisi pasti sering melihat berita di berbagai stasiun televisi yang mengatakan bahwa, elektabilitas Hillary Clinton selalu unggul dibandingkan Trump diberbagai situs survei. Hillary dinilai lebih visioner dan mampu menunjukkan bakatnya seperti seorang Presiden sungguhan, sementara Trump sering dikecam oleh berbagai pihak yang tidak setuju akan visi misi kerja Trump, yang katanya bila terpilih nanti, akan membatasi umat muslim memasuki Amerika, bahkan mengusir mereka dari Amerika.
Intinya, banyak media menjagokan Hillary menjadi unggulan, dibandingkan Trump yang dianggap sebagai sosok yang buruk, dan amat diskriminatif.
Donald Trump berhasil menguasainya, dan dia pantas menjadi presiden.
Ada empat negara bagian krusial yang harus dikuasai untuk memenangkan election ini (karena memiliki electoral vote terbanyak) diantaranya, Ohio, North Calorina, Florida, dan Pennsylvania, dan keempat negara bagian itu sudah dikuasai oleh Trump!

Trump telah menang di 21 negara bagian: Alabama, Arkansas, Indiana, Florida, Kansas, Kentucky, Louisiana, Missouri, Mississippi, Montana, North Carolina, North Dakota, Nebraska, Ohio, Oklahoma, South Carolina, South Dakota, Tennessee, Texas, West Virginia dan Wyoming.
Sementara Hillary menang di 14 negara bagian yang memang pendukung partai Demokrat, yakni: California, Colorado, Connecticut, Delaware, Illinois, Maryland, Massachusetts, New Jersey, New Mexico, New York, Oregon, Rhode Island, Vermont, Virginia dan Washington DC.
Tapi sebelum membahas lebih jauh lagi, ada gak pertanyaan yang terbesit di pikiran kalian seperti, apa itu electoral ataupun popular vote?
Jadi, dalam sistem pemilu AS dikenal istilah electoral college yang merupakan kumpulan individu (disebut elector) yang nantinya akan memiliki kewenangan untuk memilih presiden. Jadi ketika di hari pemungutan suara seorang warga AS memilih capres A, secara teknis sebenarnya dia sedang memilih elector yang akan dia pasrahi untuk memilih A di sidang electoral college.
Pemberian suara oleh warga disebut popular vote, sementara pemberian suara oleh elector disebut electoral vote. Setiap negara bagian memiliki jumlah electoral vote tertentu, berdasarkan jumlah populasi, dan siapapun yang memenangkan popular vote di sebuah negara bagian berarti juga memenangkan electoral vote.

https://pieyterm.wordpress.com/2016/11/09/opini-penulis-donald-trump-menjadi-presiden-as-kemajuan-atau-kehancuran/